You are currently viewing Sukanya cari cari

Sukanya cari cari

Bismillah

Kita semua punya sifar dasar suka dengerin cerita orang lain. Entah itu pengalaman baik ataupun pengalaman buruk. Kita juga lebih mudah mengambil pelajaran hidup hanya dari cerita orang lain.

Bukti lain bahwa manusia punya sifat dasar suka mendengarkan cerita orang lain adalah, karena status makhluk sosial yang akan sangat sulit untuk hidup sendiri, bahkan bisa jadi enggak bisa hidup sendiri.

Suka scrolling di instagram liatin kegiatan orang lain, juga jadi bukti lain kalo kita emang sukanya cari cari.

Kita sendiri suka menceritakan pengalaman ke orang lain, maka secara alamiahnya kita juga suka mendenger dari orang lain. Ya walaupun enggak semua orang mau menjadi pendengar.

Ramadhan juga jadi salah satu momen untuk saling cerita satu sama lain. Misalnya di kegiatan buka bersama, entah itu bukber SD, SMP, SMA, Kuliah, ataupun temen kerja.

Kalau bukber sama temen lama, uda pasti banyak informasi yang pengen digali, seketika masing masing dari kita jadi wartawan.

Ngerasa aneh kalau enggak dapet berita menarik buat headline di halaman depan.

Sayangnya, judul di halaman depan sebuah majalah itu cenderung ke arah kontroversial karena harus menggundang perhatian publik. Semisal kalimat “Lebaran sebentar lagi”, tentu akan menjadi berita yang biasa.

Beda cerita ketika di halaman depan tertulis “Ternyata si A nikah karena hamil duluan.” Headline kayak gini lebih menarik perhatian publik.

Hal yang sama juga sering terjadi ketika kita buka obrolan entah dengan temen kantor, saudara, ataupun temen deket. Secara umum memang kita sukanya cari cari. Cari kesalahan orang lain, dan menikmatinya sebagai bahan obrolan panjang.

Berawal dari kalimat “Eh tau nggak, ternyata…”, dan berujung dengan kalimat yang sama, tapi di tempat dan obrolan dengan orang yang berbeda. Terkadang menjadi rantai panjang yang tak terputus.

Sukanya cari cari.

Sebenernya enggak mengapa kalau masih dikoridor syariat, seperti mencari tau kalau ternyata dia udah hijrah dan jauh lebih baik, atau cari tau ternyata si dia udah jadi ustadz/ustadzah, ya intinya sekedar cari tau hal positifnya kemudian jadi motivasi, ya itu boleh boleh aja dan bagus.

Tapi kembali lagi, terkadang berita yang positif kurang menarik untuk dibicarakan.

Allah berfirman di surah al hujurat : 12

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ

Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain.

Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.

Islam sangat mewanti-wanti, agar kita tidak mengikuti hawa nafsu untuk berprasangka negatif, juga enggak sibuk untuk mencari cari kesalahan orang lain, dan jangan menggibahi sodara sesama muslim.

Wallahu a’lam.

This Post Has One Comment

  1. Baiq Nurhaini

    Bagaimana menurut antum, jika teman terlalu sering menceritakan masalah hidupnya karena sangat sering menyelipkan nama si Fulan/fulanah. Disatu sisi, ana merasa was-was dan tidak bisa dihindari karena teman antum butuh didengarkan dan di tanggapi. Barakallahufikum

Leave a Reply