Semua dari kita tentunya punya impian yang tinggi menurut diri sendiri. Jadi pekerja kantoran di gedung dengan 30 lantainya mungkin sudah termasuk pencapaian besar untuk sebagian orang. Bisa kerja di rumah tanpa harus banyak ngeluarin dana operasional semisal beli bensin, juga impian yang tinggi untuk sebagian orang.
Intinya, semua dari kita punya impian yang tinggi menurut definisi dan pemikiran masing-masing. Kata tinggi enggak harus punya arti wah dan banyak duit, tapi juga bisa dimaknai dengan sesuatu yang menyenangkan untuk dijalani dan akhirnya mengurangi perasaan bahwa hidup ini penuh penderitaan. Kalimat itu akan berubah menjadi “Alhamdulillah, bersyukur banget ada di posisi sekarang ini.”
Tapi impian itu seringnya tertunda dan cuman jadi kalimat “suatu saat nanti”. Suatu saat nanti adalah satu kalimat yang sering terulang tanpa kita sadari, atau bisa juga justru sangat disadari. Ada yang ngerasa sering mengulang kalimat tadi? jadi nyata nggak? akhirnya ketunda terus kan?hayoo..
SUATU SAAT NANTI.
Banyak faktor kenapa kalimat yang cukup menyebalkan itu bisa sering terlontarkan. Satu faktor terbesar menurut saya adalah adanya hambatan dikehidupan kita yang membuat rasa percaya diri untuk melakukannya terkikis perhalan, dan bisa jadi hilang. Jadi ketika ditanya lagi kapan impian itu bakalan di mulai? jawabannya “suatu saat nanti” atau bisa kita baca gini:
Suatu saat nanti = Ya liat keadaan, soalnya kondisiku sekarang masih susah banget buat coba mulai mengerjakan impian yang udah lama saya tulis. Belum lagi kerjaan yang meretas banyak waktu, belum lagi masalah dilingkungan keluarga, pertemanan dan masalah lain dikehidupan sehari-hari. Masih banyak hal yang harus diselesaikan, jadi yaudahlah dinikmati dulu aja.
Padahal selama kita hidup, ya akan selalu ada masalah. Jelas kan? hambatannya bukan faktor luar, tapi diri sendiri.
Belum lagi banyaknya distraksi yang senantiasa berdatangan setiap hari dari aplikasi di handphone kita. Aplikasi itu dibuat dengan cinta, jadi penyedia aplikasi memang menginginkan kita untuk tetap standby menatap layar HP sepanjang hari. Bukan cuman disetting satu atau dua jam, bahkan rata-rata dari kita menggunakan 4 sampai 5 jam perhari. Coba deh cek di setting dan liat, berapa sering kita terjerumus di kolam tanpa batas itu.
Dan masih banyak hal lagi yang membuat kita akhirnya memendam mimpi kita, sambil bangga mengatakan “Suatu saat nanti”.
Sebelum saya tutup tulisan ini, di sinilah tipping poin saya untuk membuat kalimat “suatu saat nanti” menjadi “bismillah mulai hari ini”.
Saya punya impian untuk punya buku sendiri, dan impian itu muncul sekitar 2020-an. Mulai tahun 2021 rutinitas baca buku alhamdulillah semakin kuat, dan di akhir 2021 udah mulai sering nulis.
Dulu saya nulis pertama di wattpad, dan memutuskan bikin website sendiri akhirnya tulisan saya ya saya upload ke website ini. Semua rangkaian tulisan saya sebenernya satu langkah awal supaya saya jadi biasa nulis, dan goal ketika saya udah biasa nulis, adalah jadi sebuah buku.
Hari ini 13 juli 2022, jadi tipping poin saya untuk bismillah serius menulis. Hambatan yang menciptakan kalimat “suatu saat nanti” udah saya lalui, dan sepertinya sekarang saatnya mengubah kalimat tadi jadi “mulai hari ini”.
“Akan selalu ada distraksi baru dan hambatan baru, tapi akan selalu ada waktu juga untuk hal yang penting. Dan punya buku sendiri, adalah satu sorotan penting, jadi harus ada waktu untuk itu.”
Doakan ya temen-temen semoga Allah mudahkan prosesnya 😀
Baarakallahufiikum