You are currently viewing Siap menghadapi tahun 2030?

Siap menghadapi tahun 2030?

Peneliti di oxford university pada tahun 2013 mengemukakan bahwa dalam 10 sampai 20 tahun ke depan, 47% pekerjaan di Amerika Serikat terancam oleh otomasi mesin-mesin, robot, dan kecerdasan buatan.

Udah terjadi? udah mulai terjadi banget. Sekarang aja apa-apa udah serta aplikasi, ya nggak? Bayar makan, minum, laundry, bahkan beli bensin udah mulai ada aplikasinya dan masyarakat mulai diwajibkan mendaftar supaya dapet barcode biar bisa beli BBM.

Saya juga pernah dapat informasi, kalau sistem bank lama-lama juga mau dipakein robot. Teller bank berkurang, jadi nanti mau nabung-nabung bisa langsung lewat mesin ATM. Ini udah terjadi juga sih, udah banyak mesin ATM yang meyediakan service setor tunai. Kedepannya entah bakalan ada apa lagi.

Ya mungkin itu sedikit informasi aja tentang robot yang siap merajalela disekitar kita. Gimana? udah siap?

“Dampaknya apa mas?bukannya malah memudahkan juga ya?”
Iya, dampak positifnya memudahkan. Contoh, bayar makanan yang tadinya harus nunggu kembalian semisal uang kita nominalnya besar, sekarang tinggal scan, dah beres. Lumayan banget waktunya ketimbang cuman buat nungguin antrean, bisa kita gunakan untuk lain hal. Dan enggak bisa dipungkiri, masih banyak kemudahan juga lewat robot-robot aplikasi.

Ancamannya adalah perihal pekerjaan, dan masa depan, ini yang mau saya bahas tipis-tipis aja.
Seseorang tanpa skill di dunia kreatif, akan sangat terancam di masa depan. Di ganti robot, selesai.


Saya pernah baca juga di buku “Belajar cara belajar”, salah satu pekerjaan yang aman dari perkembangan teknologi adalah pekerjaan kreatif. Pekerjaan yang membutuhkan jiwa kreatif, semisal menggambar, menulis, copywriter, desain, photography, wedding organizer, animator, web develompment, dan beberapa lainnya.

Nah posisi mu sekarang dimana? Udah di dunia kreatif yang aman dari ancaman teknologi robot, atau masih di kondisi yang rentang tergantikan dengan peran robot?

Kamu khawatir enggakpapa, kamu jadi overthinking juga enggakpapa, tapi gunakan kekhawatiran untuk semakin berusaha bukan semakin ngelokro. Gunakan kekhawatiran kamu untuk semakin memperkuat ikhtiar dan doa.

Dan di akhir tulisan ini, saya sekedar mengingatkan bahwa jangan terlalu overthinking yang merugikan. Mikirin masa depan yang bikin kamu sedih, nangis, galau, takut berlebihan, dan membuat kamu takut untuk bergerak.

Kalau soal ekonomi, meskipun di tahun 2030 udah banyak robot, selama kamu berdoa dan berikhtiar, tenang aja, kita enggak akan mati kok hanya karena semua harga naik, dan semua pekerjaan diganti robot.

Allah yang udah menjamin kita di masa pandemi, di masa kecil yang bahkan baru bisa nangis, di masa sekolah dasar yang mana juga belum punya kemampuan untuk kerja, dan diberbagai kondisi sulit yang pernah kita alamai.

Allah udah jamin dan udah ngasih info, bahwa kita tidak akan meninggal kecuali semua jatah rejekinya udah sampai. Kita tidak akan meninggal dunia, kalau memang belum jatahnya untuk meninggal.

Allah juga akan selalu memampukan kita, karena Allah berfiman di ayat yang cukup famous banget,

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (Al Baqarah : 286)

Yang kita siapkan untuk menghadapi setiap hari dan setiap tahunnya, entah itu 2022 2030, bahkan 2050 (kalau Allah kasih kita umur panjang), adalah doa, ikhtiar, dan keimanan. Perbanyak interaksi dengan Al Qur’an, hadits” dan kisah-kisah para pendahulu kita. Itulah yang harus kita siapkan.

Jadi, udah siapkah untuk menghadapi tahun 2030 dan tahun tahun selanjutnya?
*semoga paham maksud tulisan ini ya.

wallahu a’lam.



Leave a Reply