Jam 20.30-an tadi, di depan rumah saya masih banyak anak kecil yang lari-larian dan sebagian malah ada yang teriak. Kalo ditotal mungkin sekitar 5 anak kecil, jadi bisa lah ya disebut banyak.
Mayoritas tetangga deket rumah, maksudnya beneran deket rumah. Tetangga kanan rumah dan kiri rumah, sama kayaknya ada dari sebrang rumahnya sebelah saya. Ya intinya beneran tetangga deket rumah.
Umurnya ada yang dari belum sekolah, paling gedhenya kelas 5 SD (kalo nggak salah ya, hehe).
Barusan cuman muqodimah alias pembukaan. Jadi uda kegambar ya kondisnya kayak gimana, dan suaranya kayak gimana yang akhirnya saya-nya jadi gimana.
Kalau dibilang keganggu, jawabannya iya. Tapi kalau dibilang enggak keganggu juga iya. Keganggu dengan suaranya iya, tapi keganggu dengan aktifitas mereka enggak, karena mereka bersuka ria di depan rumah bukan di rumah saya.
Sebagai yang lebih dewasa, tentu cukup mendengarkan dan mencoba menikmati aja. Nggak mungkin juga kan saya tau tau buka pintu terus teriak ke mereka “Diem dek! uda malem kok teriak-teriak!”. Kalau itu sampek kejadian, mungkin malah jadi tambah rame. Orang tuanya pada keluar dan bisa jadi adu mulut dimulai antar tetangga.
Kalau saya melakukan itupun tentu orangtua dan tetangga lainnya bakalan nyalahin saya, karena ya mereka masih kecil. Wajar kalau misal teriak-teriak dimalam hari, karena mereka belum paham. Posisi saya jelas harusnya uda paham juga, namanya anak kecil kayak gitu wajar, jadi seharusnya enggak saya dimarahin.
Intinya kalau itu kejadian, tetep saya yang salah.
Intinya kalau saya jadi keluar rumah dan teriak nyalahin mereka yang sejatinya belum paham, malah bakalan menimbulkan masalah lain yang bisa jadi lebih besar.
Kurang lebih ini aja yang pengen saya sampaikan. Cerita saya barusan hanyalah sebuah perumpamaan tentang ayat ini.
Allah berfirman di surah az zumar ayat 9
قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الَّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ ۗ
Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang berilmu dengan orang-orang yang tidak berilmu?”
Begitulah seharusnya kita menyikapi sebagian orang yang masih belum paham agama. Begitulah seharusnya kita menyikapi sebagian orang yang sangat awam dengan perihal agama. Mereka belum tau, jadi wajar semisal terkadang menggangu.
Kitanya yang dengan ijin Allah sudah tau duluan, maka seharusnya paham bagaimana harus bersikap. Enggak perlu keluar rumah dan teriak, yang sejatinya hal itu salah.
Orang yang berilmu itu berbeda. Ketika kita yang katanya sudah ngaji, sudah hafal beberapa juz, yang catetan kajiannya uda tebel selemari, yang katanya udah baca banyak buku tentang islam, yang katanya udah nyunnah, tapi masih sering salah bersikap, maka sejatinya perlu diperdalam makna “Sudah ngaji”.
Ketika sikap kita masih sama dengan orang awam, maka sejatinya kita sama sekali belum berilmu. Ketika kebanyakan orang suka ghibah, eeh kitanya sama. Ketika kebanyakan orang gampang marah, eehh kitanya juga sama aja. Ketika kebanyakan orang flexing, kitanya ghibahin yang flexing. Ketika sebagian orang enggak amanah, eehh kitanya sama juga.
Terus apa bedanya? Baju gamis, cadar, sama pecis aja??
Orang yang berilmu harusnya berbeda. Kalau kita masih sama, maka sejatinya embel-embel “Saya sudah ngaji”, perlu diresapi kembali.
Malah bisa jadi kita terserang penyakit sombong, yang mana itu adalah sifat rendahan.
Semoga kita dijauhkan dari sifat sombong, dan semoga Allah mudahkan kita untuk mengamalkan ilmu yang sudah Allah berikan. Aamiinn
wallahu a’lam
🌧️apalah daya diri ini ,semakin baca tulisan” kak Bagas,ana semakin banyak berkaca buat diri sendiri, jazakallahu khayran yaa kak. Sangat sederhana tulisan nya namun makna nya luar biasa,maa syaa Allah
siaaap, sama sama. semoga jadi bahan muhasabah terkhusus saya pribadi
MaasyaAllah tambah ilmu lagi semoga bisa menjadi bahan renungan bagi para pembaca dan sebagai ladang pahala bagi kak bagas selaku penulis artikel tersebut..
Barakallahu fikum
Masyaallah mengamalkan ilmu dan istiqomah memang butuh effort yg besar dan atas izin Allah ta’ala…