You are currently viewing Nolong kok maksa

Nolong kok maksa

Udah nggakpapa saya bantuin carikan bensin mas, kasian dari pada harus dorong motornya.
Udah bareng saya aja, kasian dari pada jalan kaki.
Udah ikut saya bentar aja, kita makan dulu saya yang traktir, tenang aja.
Udah nggakpapa saya anter aja ke polisi buat lapor kehilangan, kasian masnya kehilangan barang berharga.
Udah nggakpapa saya aja yang bayar semua makanannya, kasian uda jauh jauh jauh ke sini.
Udah nggakpapa saya anter ketemu atasannya, saya kenal kok. Nanti saya bantu supaya pesannya bisa tersampaikan.
Udah saya aja yang kerjain proposal ini, kasian kamu udah capek banyak kerjaan lainnya.

Dan masih banyak lagi contoh pemaksaan dalam menolong.

“Lhoh, memangnya memberikan jasa untuk menolong nggak boleh mas? bukannya malah baik ya? kan dapet pahala.”
Lhah, memangnya saya barusan nulis kalimat larangan? kan enggak juga, saya nulisnya Nolong kok maksa.

Harusnya temen temen pernah merasakan juga kondisi tersebut. Kondisi ketika kita sebenarnya enggak butuh ditolong dan sebagian orang menawarkan jasanya untuk menolong kita, tapi dengan paksaan yang akhirnya kita sendiri jadi canggung.

Menawarkan jasa nebengin tetangga misalnya yang terlihat jalan kaki. Naruli untuk memberikan pertolongan itu bagus, tapi ya jangan memaksa menolong kalau orang tersebut memang maunya jalan kaki. Kita cukup menawarkan jasa kita, kalau mau alhamdulillah kalau enggak iyaudah enggak masalah juga.

Malah itu tanda kita saling menghargai satu sama lain.

Sadar atau enggak, kalau kita maksa mereka untuk “harus mau saya tolong”, dengan demikian malah kitanya masuk kategori egois. Memikirkan keinginan diri sendiri tanpa melihat keinginan orang lain.

Coba bayangkan kita di posisi orang tersebut.

Lagi pengen olahraga dengan jalan kaki, kemudian ada tetangga nawarin bonceng kendaraannya tapi maksa. Gimana kira-kira?

“dah ayo saya anter mbak, kasian dari pada jalan kaki”,
padahal uda jawab “nggak usah bu, makasih banget tawarannya. saya lagi mau olahraga”
eh masih maksa, “halah udah nggakpapa, cepet buruan”

kok malah jadi maksa? hahaha

Bukan jadi seneng, malah jadi senep. Orang yang kita bantu malah jadi sebel karena kita terlalu memaksakan kehendak, bukan ngerasa makasih tapi ngerasa “ini orang ngapain sih, orang saya enggak butuh bantuan”.

Dijelaskan di kitab minhajil qosidhin ibnu qudamah, dalam pertemanan ataupun muamalah dengan orang lain, kita harus mencoba memposisikan diri sebagai orang yang diajak bicara. Supaya kita juga lebih bisa memahami kondisinya.

gini maksudnya,
ketika kita menawarkan jasa pertolongan kita, maka kita harus memikirkan juga,
“sebenernya dia butuh ditolong apa enggak ya?” jadi kita enggak memaksakan seseorang memakai jasa pertolongan kita.

sampe sini paham insyaAllah ya?

Kuncinya coba ngertiin juga perasaan orang yang mau kita tolong. Nggak semua orang yang terlihat butuh pertolongan itu, harus di tolong. Hargai juga keputusan mereka.

Kalau mau ditolong walhamdulilah, kalau enggak iyaudah setidaknya kita sudah menawarkan. Jangan dipaksa harus mau ditolong, itu namanya egois.

Nolong kok maksa.

Leave a Reply