Ada kalanya kita ketipu sama sms mama minta pulsa. Ada kalanya kita ketipu sama pinjaman online yang nawarin bisa mencairkan uang sehari 24 jam setelah pengajuan. Uangnya dicairin, di blender kali ya? hhaha
Ada juga yang ketipu sama penampilan orang lain, penampilannya syari banget tapi pas ngumpul isinya makan bangkai bahkan nambah saking lahabnya (ghibah maksudnya).
Ada juga yang pernah ketipu sama dosen, yang katanya masih jam 07.00 eh giliran sampe kampus, ternyata kelas diliburkan. Ada yang pernah gitu?
Juga ada yang tertipu dengan dirinya sendiri. Terlihat sholeh, dermawan, bijaksana dihadapan orang lain yang enggak dikenali, tapi justru bagaikan binatang buas dilingkungan keluarga sendiri.
Menipu dirinya sendiri.
Seakan akan uda jadi orang baik, orang sholeh, orang cerdas, ternyata hanya tipuan belaka.
Ternyata bukan orang yang lembut ketika berbicara dengan orang tua. Ternyata berani bentak bentak kepada ibu ataupun bapak.
Ternyata enggak pernah saling komunikasi dilingkungan keluarga, tapi ngerasa baik dan bahkan dapet cap good attitude diluaran sana.
Menipu dirinya sendiri.
Mungkin salah satu faktor terbesanya karena konsumsi konten dari sosial media. Pengen dapet panggung, pengen dapet suara, pengen dapet apresiasi dan pengen dapet popularitas.
“Halah mas, kok nyalahin sosial media. Sosial media kan benda mati”
Nah, itu tau. Yang salah emang penggunanya bukan si somed (sosial media).
Saya enggak mau bahas detail lah seputar somed. Temen temen pasti udah paham betul kalau doi bagaikan pisau bermata dua. Bisa dipakek membunuh masa depan, bisa juga dipakek untuk menggapai cita-cita. ya nggak?
Tapi nyatanya, kita suka menipu diri sendiri.
“Aku udah pakek sosmed dengan bijak kok”. Enggak taunya kerjaan selalu molor karena keseringan mainan sosmed.
“Aku udah bisa mengontrol kok waktu berselancar di sosmed”. Enggak taunya pikiran kita udah kemasukan pikiran negatif dari sosial media yang akhirnya membuat kita menipu diri sendiri.
Di tempat kerja juga sama aja. Terlihat sebagai karyawan yang ramah senyum dengan orang lain, selalu mengatakan “kerjaan itu dinikmatin aja”, tapi giliran nongki bareng sohibnya, ternyata rajin ngeluh dan ngedumel.
Menjadi sosok penasehat, tetapi apa yang dikatakan nggak pernah dilakukan dikehidupannya.
Wahai orang-orang beriman! Mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan? (iu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa saja yang tidak kamu kerjakan (QS. As-Saff ayat 2-3).
Sebaiknya kita enggak perlu menipu diri sendiri. Ketika kita belum bisa nasihatin, ya nggakpapa bilang belum bisa kasih nasihat. Ketika belum bisa jawab pertanyaan seputar agama yang kita belum pernah melakukannya, ya nggakpapa juga jawab “saya enggak tau”.
Eh tapi bukan berarti berhenti sharing kebaikan karena alasan diri sendiri belum baik ya, itu was was syaiton. Poin pentingnya adalah, semaksimal mungkin jadilah orang yang melakukan apa yang dikatakannya. Tentunya dalam hal kebaikan.
wallahu a’lam