You are currently viewing Menahan Ego

Menahan Ego

Secara umum, manusia itu seneng sama jabatan atau kedudukan. Ya intinya seneng kalau dipandang lebih tinggi dari orang lain.

Dipandang lebih berilmu, dipandang lebih sangar, dipandang lebih pinter, entah itu pinter ngomong ataupun pinter dalam akademisi.

Intinya, secara umum kita punya sifat itu. Saya berani nulis gini, karena keinget sama tulisan Ibnu Qudamah Al Maqdasi Al Hambali Rahimahullah di kitab beliau, mukhtashor minhajil qosidhin.

Sebelum masuk ke bab sombong, beliau rahimahullah jelasin kalau kebanyakan manusia suka sama kedudukan. Ya bahasa lainnya, suka kalau lebih keliatan punya value gitu. Bahasa kerennya lagi, previlage alias hak istimewa. Mayoritas dari kita menginginkan itu.

Nah, dari sinilah kadang kita enggak bisa menahan ego.

Nggak bisa menahan ego untuk berhenti bicara dan gantian mendengarkan lawan bicaranya.
Nggak bisa menahan ego untuk mencoba menerima pendapat orang lain dan menurunkan keyakinan tentang pendapat sendiri.

Eh tentunya ini pendapat perihal selain agama ya, kalau agama selama udah jelas dan bener, maka harus dipertahankan. Okey?

Juga contoh yang terakhir, enggak bisa menahan ego ketika jadi imam, karena ngerasa punya hafalan banyak, akhirnya terlalu panjang bacaannya sampek kurang memperhatikan jamaahnya.

Kembali ke paragraf awal, emang kita punya sifat suka dipandang dan pengen dipandang. Dan hal itu, menjadikan kita suka enggak bisa menahan ego.

Walaupun sifat itu ada bagusnya lhoh. Sifat itu akan sangat bagus kalau digunakan ditempat yang tepat.

Seperti misalnya untuk kegiatan dakwah di sosial media. Ketika kita punya value terkait ilmu agama, maka sesekali perlu ditampakkan untuk lebih meyakinkan lawan bicara. Kita harus bisa terlihat lebih terpandang, dan punya kapasitas untuk menyampaikan ilmu.

Pernah belajar di universitas islam madinah misalnya, ya itu perlu ditampakkan dan gunakan rasa untuk pengen dipandang tadi, ditempat yang sesuai.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga uda mencontohkan. Ketika beliau berdakwah dan menyampaikn wahyu, beliau juga menyampaikan bahwa beliau adalah seorang Rasul. Ngasih tau kalau beliau emang punya kapasitas dan previlage.

Saya pernah baca buku jugak tentang seni memengaruhi oranglain, salah satunya adalah punya otoritas atau previlage. Harus terlihat lebih terpandang supaya orang lain lebih percaya. Sama kayak dakwah di sosial media, meskipun kita bener tapi nggak ada kedudukan yang nampak dari dirinya, ya jadi kurang dipercaya sama orang lain.

Kapan kapan saya bahas deh bukunya, sambil murojaah.

Terakhir, meskipun demikian kita tetep harus menahan ego ya. Menahan ego serta memberikan ruang untuk orang lain, bahkan ketika kita punya kedudukan. Jangan juga menjadikan “punya kedudukan” sebagai cita cita utama, takutnya malah jatuh ke ranah sombong.

Saya nggak mau panjang-panjang nulisnya, karena saya harus menahan ego. Nggak semua uda terbiasa baca panjang kan? Lanjut besok lagi. Barakallahufiikum

Leave a Reply