You are currently viewing Melihat rasa syukur

Melihat rasa syukur

Kita tau kalau seharusnya kita itu banyak bersyukur. Kita tau kalau perintah bersyukur itu banyak disebutkan dalam Al-Qur’an juga hadis-hadis. Kita tau, dengan adanya rasanya syukur hidup jauh lebih tenang. Lebih ngerasa bahagia karena nggak harus fokus dengan yang enggak ada, tapi fokusnya dengan sesuatu yang udah ada dihadapan mata. Padahal ya kita tau juga kok, bahwa orang lain pun yang keliatannya lebih kaya secara harta, lebih tinggi strata sosialnya dan yang punya kemewahan dunia lainnya, merekapun ya punya ujiannya masing-masing. Ya nggak?

Semua dari kita juga nggak asing kok, dengan kata ‘bersyukur’. Di tempat tongkrongan, majelis ilmu, konten instagram yang tiba-tiba ada di hadapan kita, bahkan mungkin quotes yang tertempel di dinding restaurant, iklan-iklan yang terpajang di pojokan jalan raya yang sering kita lalui, kata ‘bersyukur’ itu nggak asing. Sering tertangkap oleh penglihatan kita

Telinga biasa mendengar, mata biasa melihatnya, bahkan lisan dan jemari kita pun mungkin sering menuliskannya. Kata ‘bersyukur’ itu bukan hal baru dalam hidup.

Namun sayangnya Kita menyadari bahwa kata ‘bersyukur’ itu, sepertinya belum ada tempat di hati. Kita ngerti harus bersyukur, tapi seringnya kita bingung harus bersyukur atas hal apa. Seakan kita hanya bisa menyebutkan 3 sampai 5 hal yang perlu disyukuri. Seperti kalimat, ‘alhamdulillah aku masih hidup, alhamdulillah aku masih dikasih kesehatan, alhamdulillah aku masih bisa makan, alhamdulillah lulus tepat waktu, dan alhamdulillah aku dapet pekerjaan.’

Biasanya kita bakalan bersyukur kalo dapet pencapaian yang wah-wah aja, atau bersyukur dengan sesuatu yang keliatasn nilainya besar aja, dan seakan susah banget buat liatin detail-detail kecil setiap harinya.

Kita sulit untuk melihat hal lain, bank pikiran kita seakan tidak terlalu banyak menyimpan hal-hal yang perlu disyukuri dalam hidup ini. Kita memahami bahwa kita seharusnya menjadi orang yang bersyukur, tapi kita juga menyadari bahwa diri kita ini, masih belum bisa ngeliat banyak hal yang seharusnya bisa menjadi bahan untuk bersyukur.

Menurutku, itu adalah masalah terbesar kita sih. Ya balik lagi, kita hanya bisa bersyukur dalam hal-hal besar, ketika mendapatkan pencapaian besar. Kita nggak bisa ngeliat rasa syukur di hal-hal kecil yang jumlahnya begitu banyak.

Ya semisal bisa kentut, bisa minum air putih, mata masih bisa berkedip, lisan masih bisa ngeluarin suara, saldo di ATM masih ada nominalnya, kaki masih bisa digunain dengan normal untuk berjalan, punya kipas angin di rumah, punya gelas piring yang bikin makan jadi lebih gampang, ada sapu pel yang bikin tempat tinggal jadi lebih bersih, ya detail-detail gitu kadang kita nggak bisa liat. Padahal itu semua harusnya bisa jadi bahan untuk bersyukur.

Sedih sih, kita sering baca ayat tentang orang-orang yang bersyukur, tapi kalo kita ngaca, rasanya kita masih sangat jauh dari kriteria orang yang bersyukur.

Emang bener banget sih firman Allah yang satu ini, yang menggambarkan kebanyakan dari kita

”Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” Qs- Ibrahim : 34

Semoga Allah jadiin kita termasuk hambanya yang pandai bersyukur. Semoga Allah buka penglihatan kita supaya bisa lebih jelas untuk melihat sesuatu yang seharusnya bisa jadi bahan untuk bersyukur.

Leave a Reply