You are currently viewing Kayaknya Percuma

Kayaknya Percuma

Ditulisan kali ini, ijinin saya buat cerita dulu terus nanti di akhir baru ada point penting sesuai judul. Setuju ya? dah setuju aja, hehe. *Disclamer dulu, enggak panjang juga kok ceritanya jadi insyaAllah bisalah dibaca dulu sampe selesai.

Kisah naik gunung pertama kali

Pertama kali saya naik gunung sekitar tahun 2015 atau 2016an, maaf agak lupa tepatnya soalnya. Waktu itu diajak temen naik ke gunung merbabu yang tempatnya di boyolali, jawa tengah. Kebetulan saya tinggal di semarang, kalau dari sini ya kurang lebih 1,5 jam naik kendaraan bermotor dengan kecepatan 60-80an lah, standar lah nggak kenceng-kenceng amat.

Berangkat malem jam 8an, waktu waktu habis isya. Total yang ikut 6 orang seinget saya, laki-laki semua dan kesananya naik motor bonceng-boncengan sambil bawa ransel masing masing. Sampek di lokasi pendakian sekitar jam 10 malem, pendaftaran dulu bayar uang masuk dan mulai mendaki. Ada yang uda pernah mendaki ? kalau belum, saya kasi gambaran sedikit.

Mendaki itu bawa tas ransel yang cukup besar karena isinya banyak, mulai dari peralatan makan, pakaian, belum lagi persediaan makanan, juga beberapa air literan, eh iya tenda jugak hhaha. Intinya cukup berat bawaannya.

Pendakian tetap berlanjut, sampek di kondisi “ini kapan nyampeknya ya, kayaknya uda nggak kuat ini. Percuma, kayaknya nggak akan bisa sampek puncak.” Temen saya yang ngajak ini dia uda cukup sering, ya uda agak pro lah nggak kayak saya yang masih noob hhehe. Sempet saya nanya gini sama dia

saya : “Iseh suwi rak? kok hawane rak tekan-tekan”
dia : “sediluk meneh kok gas, wes cedak”


2 jam berlalu dan tetep enggak nyampe-nyampe hhaha. Kena prank fix lah ini hahah


Sempet saya nanya lagi dan jawabannya sama. Ketika uda ngrasa pengen berhenti, tapi inget perjalanan udah cukup panjang dan saya memutuskan tetep lanjut sembari ambil waktu istirahat. Dan, akhirnya saya berhasil sampe puncak. Pendakian pertama, di gunung merbabu.

Ini yang saya maksud ketika nulis judul “Kayaknya percuma”.

“Kita kadang ngerasa perjalanan kita yang panjang dan lelah itu, seakan percuma tanpa hasil. Padahal sejatinya kita udah jauh melangkah, dan bisa jadi sebentar lagi kita sampai dititik yang kita inginkan.”

Bisa jadi apa yang udah kita usahakan tinggal sedikit lagi, sedikit lagi kita bisa berhasil. Bisa jadi usaha yang uda kita lakuin selama 5 tahun seperti enggak menuai hasil, justru bakalan berhasil di tahun ke 6

“Kayaknya percuma”.

Sebelum memutuskan untuk berhenti, cobalah liat kembali pengorbanan yang udah kita keluarkan untuk mencapai titik sekarang ini. Bisa jadi, sebentar lagi impian itu terwujud, bagaikan air yang mendidih. Air akan mendidih di 100 derajat celcius. Mungkin sekarang kita masih di titik 80 derajat celcius, yang sebenernya udah panas dan uda memberi impact, tapi butuh 20 derajat celcius lagi untuk mendidih. Untuk menuai hasil yang lebih dari apa yang kita duga.

وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَٰنِ إِلَّا مَا سَعَىٰ

Artinya: Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya,

Surat-an-najm-ayat-39

This Post Has 6 Comments

  1. Eti Kurniawati

    Barakallahu fiik.
    Terima kasih mas bagas. Tulisannya kali ini pas banget sama apa yang seharusnya saya lakukan saat ini.
    Salam literasi.

  2. Nurul

    Jazakumullah Khairan katsiran mas Bagas, untuk tulisannya, jujur ada banyak yg bisa aku tangkep untuk tulisan yang cukup singkat ini.

      1. Siti musarovah

        Jazaakallahu khairan tulisan nya tidak terlalu panjang namun sangat berkesan.
        Semoga suatu saat tulisannya ada yang bisa di buku kan.
        Barakallahu fikum

Leave a Reply to Eti Kurniawati Cancel reply