You are currently viewing Karena Butuh

Karena Butuh

Ibu ibu bisa bangun dipagi hari sekitar jam 2 ataupun jam 3 pagi untuk pergi ke pasar, karena kalau kesiangan banyak bahan udah mulai habis. Sayur nggak bisa milih yang seger, daging ayam tinggal sedikit, dan mungkin beberapa bahan pangan malah udah habis. Pergi pasar dini hari karena butuh.

Bapak bapak yang besok pergi dinas keluar kota, harus bangun jam 4 pagi karena pesawat take off pukul 06.00, perjalanan dari rumah ke bandara yang cukup jauh mengharuskan bangun lebih pagi. Sekali lagi bisa bangun pagi karena butuh bangun pagi.

Pekerja kantoran, yang mana masuk kantor pukul 08.00, mengharuskan doi untuk bangun lebih pagi dan menyiapkan segala sesuatunya mulai pukul 06.00. Meskipun dipagi itu hujan, nggak membuatnya gentar dan tetep memaksakan dini untuk berangkat kerja. Kalau ditanya kenapa tetep kerja, pasti ada jawaban yang akan kita dengar yaitu karena butuh. Butuh uang, butuh kerja.

Anak sekolah pun juga sama, mau nggak mau tetep harus memaksakan diri untuk berangkat sebelum bel masuk berbunyi.

“Semua bisa melawan rasa kantuk, dan malas karena faktor butuh”

Kalimat rebahan dikalangan millenial, bukan sesuatu yang mengherankan. Bahkan sebagian bangga dengan kegiatan rebahannya, sampe diupload ke sosial media dengan harapan terlihat keren ketika seharian menonton drakor ditemani minuman starbuck dan disampingnya ada kardus merah bertuliskan Pizza hut.

Foto, share di sosial media dengan caption “Self Healing”. Menurut saya, self healing ya enggak harus menghambur-hamburkan waktu kayak gitu. Ya nggakpapa juga si, itu hak perorangan. Tapi hak saya juga untuk mengatakan bahwa hal itu kurang bermanfaat dan enggak perlu dipamerkan di sosial media.

Takutnya malah meng-influence orang lain untuk seharian depan monitor sambil nonton netflix ditemani jajanan kelas menegah ke atas.

Eh iya, saya sama sekali enggak menyalahkanan kaum rebahan yaa. Karena mereka rebahan ya karena memang belum ada kebutuhan, nanti kalau udah butuh mungkin mereka akan bangkit dari tempat tidurnya sendiri. Akan sama seperti kasus ibu ibu yang memaksakan bangun pagi ke pasar, dan bapak bapak yang bangun lebih awal karena kebutuhan.

Semua akan BUTUH pada waktunya. Tapi mungkin sedikit berbeda dengan perkara agama.


Mayoritas dari kita justru seringnya kurang merasa butuh dengan ilmu agama. Tentu saya nggak berani asal ngomong kayak gini kalau enggak ada bukti riil.

Banyak ayat di Al Qur’an yang menyatakan demikian. “BANYAK DARI MANUSIA TIDAK MENGETAHUI”. Kalau ditanya diayat berapa, bingung jawabnya karena saking seringnya ayat itu terulang.

Di Ramadhan gini tentu banyak tausiah, semisal di jeda antara sholat tarawih dengan witir yang biasa disebut KULTUM (Kuliah Tujuh Menit). Juga mungkin tausiah singkat setelah sholat subuh, ataupun diwaktu lainnya.

Kita ambil contoh aja ketika kultum, sesekali coba kita liat dan perhatikan lingkungan kita. Kira-kira banyak yang mendengarkan, atau yang pulang ataupun tidur? koreksi kalau saya salah. Saya hanya melihat dari apa yang saya lihat.

Ketika khutbah jum’at (Khusus laki-laki), kira kira banyak yang tidur atau banyak yang mendengarkan? Mayoritas laki laki saya yakin akan menjawab banyak yang tidur. Atau kita sendiri juga termasuk? nggakpapa, semua butuh proses.

Ketika kita sering ngantuk, mager, males, untuk mendengarkan ilmu agama. Sejatinya, mungkin kita belum butuh.
Saya berdoa untuk diri sendiri dan semua yang membaca ini, semoga Allah jadikan kita termasuk hambanya yang butuh akan ilmu. Semoga kita termasuk yang mencintai ilmu, yang juga mengagungkan ilmu, serta yang sangat bergairah untuk mengamalkannya.

Sebagai penutup, ada satu ayat yang bisa kita amalkan, supaya kita dijauhkan dari rasa kantuk ketika mendengarkan kultum ataupun khutbah.

وَقُلْ رَّبِّ زِدْنِيْ عِلْمًا
“Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku. ” (Taha : 114)


Ketika kita dimudahkan untuk melawan rasa kantuk, itu jadi salah satu tanda bahwa Allah ijinkan kita untuk mendapatkan ilmu. Dan begitu sebaliknya, ketika kita sering ngantuk dan tertidur, bisa jadi Allah tidak meridhoi kita untuk menambah ilmu.

wallahu a’lam

Leave a Reply