You are currently viewing Kapan kita siap?

Kapan kita siap?

Judul ini sebenernya pengen saya buat untuk konten di instagram, tapi berhubung pas nulis skrip ngerasa belum padet dan rapi, yaudah saya coba tulis di sini dulu. Ya karena dengan menulis seperti sekarang ini, biasanya jadi lebih muncul idenya. Semisal lagi pengen buat sesuatu, atau lagi memikirkan sesuatu, cobain aja diceritain dulu. Biasanya muncul garis merahnya.

Kapan kita siap?

Kalimat ini sering dilontarkan kepada kita, entah mau ujian semester, ataupun mau presentasi tugas akhir, atau pas ditanya nikah sama sebagian keluarga waktu lebaran, suami istri yang ditanya kapan siap punya anak, dan ketika ditanya kapan siap mati?

Tentunya mayoritas akan menjawab enggak akan siap seratus persen. Artinya ya kita memang enggak bisa dikatakan beneran siap untuk menghadapi sesuatu. Akan selalu ada rasa kurang percaya diri, ketakutan, dan bisikan bisikan lain bahwa “duh aku kayaknya belum siap.”

Jadi, sebenernya kapan sih kita siap atas suatu hal?
kembali lagi ke paragraf sebelumnya. Ya kayaknya nggak akan siap 100%.

Menyiapkan untuk menghadapi sesuatu dengan persiapan terlebih dahulu itu penting, bahkan harus. Meskipun kenyataannya ada beberapa keadaan yang mendorong kita untuk improvisasi karena belum melakukan persiapan sebelumnya.

The power of kepepet itu benar adanya. Masalah yang datang secara tiba-tiba, membuat kita terpaksa untuk menyelesaikannya dengan bermodal pengalaman menyelesaikan masalah di hari-hari sebelumnya. Nggak siap tapi siap. Pie jal kui? hhaha

Seorang pendaki gunung mungkin udah menyiapkan peralatannya, tapi saya yakin sebenarnya ya mereka juga masih punya rasa kekhawatiran, cemas, juga ketakutan. Saya sendiri pernah mengalamainya.

Waktu naik gunung prau di dieng jawa tengah, sebelum berangkat peralatan uda disiapin, tenda, makanan, senter, pakaian yang cukup hangat, ditambah jaket, sepatu, juga kompor kecil.

Eh pas udah 3 jam perjalanan sampe puncak, ternyata dinginnya diluar dugaan. Kita udah mempersiapkan, tapi ya sebenrnya enggak siap 100%. ya kan?

Dan kapan kita siap? ya ketika kita bertemu dengan sesuatu hal tadi.

Kapan siap ujian semester? ya waktu dihadapkan dengan soalnya.
Kapan siap menikah? ya ketika sudah dihadapkan dengan pak penghulu
Kapan siap merantau? ya ketika sudah sampai dilokasi rantau
Kapan siap kehilangan orang tua? ya dihari meninggalknya orang tua.

Kapan siap jadi ibu rumah tangga? ya hari pertama menjadi ibu rumah tangga.
Kapan siap keluar dari kerja riba? ya hari pertama ketika sudah tidak bekerja

Yang pengen saya sampaikan adalah mau kita nggak usah terlalu over dalam memikirkan persiapan atas suatu hal. Karena itu justu jadi penghambat. Siapin aja persiapan umumnya, dan sisanya iyaudah dihadapi ketika dipertemukan.

Sama halnya ketika saya naik gunung dan akhirnya menemukan cuaca diluar dugaan. Yaudah tinggal gimana caranya kita improvisasi aja.

Kita nggak akan siap 100% dengan semua kejadian yang diluar pemikiran kita. Kita akan siap dengan sendirinya ketika berhadapan dengannya (masalah kehidupan).

وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَن تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ كِتَـٰبًۭا مُّؤَجَّلًۭا ۗ
Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. (Ali imran : 145)

Kematian juga sama, kita nggak akan siap 100%
kita akan siap dengan sendirinya, ketika sudah waktunya.

Wallahu a’lam.

Leave a Reply