Ditulis oleh : Bagas Rais R
13 May – 2024

Saya Unboxing buku ini di depan istri, trus saya baca sedikit muqodimahnya, langsung saya bilang ke istri “Nih sayang, baru awalan aja udah sebagus ini. Mas yakin ini bakalan jadi buku yang bagus sih!”. Ini adalah first impression saya. Lagian dari judulnya aja udah jadi moodbooster banget sih. Bisa ngeliat sikap gimana para ulama antusias terhadap ilmu, buat saya pribadi udah jadi ilmu tersendiri.

Di antara tujuan penulis, yaitu Ali bin Muhammad Al-Imran, adalah supaya melahirkan generasi yang suka baca, biar ilmu yang udah ditulis para ulama terdahulu yang mana mereka udah bertahun-tahun begadang, menempuh perjalan panjang, dan ratusan tahun menelaah ilmu serta menggabungkannya, yang akhirnya menuliskan ilmu dilembaran kertas, supaya nggak ilang gitu aja.

3 Insight dari buku

1. Motivasi untuk terus menambah dan mendalami ilmu

Nggak perlu sampe halaman belakang, buat ngerasa kalo kita nggak ada apa-apanya sama para ulama. Buku ini banyak nyebutin kisah, jadi insyaAllah kita lebih gampang ketamparnya.

Beberapa kisah yang bikin geleng kepala tentang luar biasanya semangat para ulama dalam mencari ilmu dan membaca:

  • ibnu jarir At-Thabari, yang sebelum kematian beliau -satu jam atau kurang- beliau masih minta diambilin tempat tinta dan di kertas buat nyatet ilmu.
  • Al-Allamah Ibnu Shadaqah Al-Hamawi, yang selalu asik belajar di sebuah terowongan bawah tanah karena cuaca diluar panas dan menyengat
  • Muhammad Al-Umari Ash-Shagani, yang setiap kali dikunjungi kerabatnya, beliau pasti sedang membaca atau menulis
  • Ahmad bin Sulaiman Nasrullah Al-Bulqasi, yang biasa membaca sambuk berjalan, bahkan ketika makan, beliau menyuruh orang lain untuk membacakan ilmu, karena takut waktunya terbuang sia-sia.

“Allah tidak pernah memerintahkan Rasul-Nya untuk meminta tambahan dalam suatu perkara kecuali dalam perkara ilmu.”

2. Membiasakan beli buku dan mengusahakan kemana-mana bawa buku

Kisah-kisah ulama dalam mengusahakan buat dapet ilmu itu macem-macem, di antaranya mereka nggak segan-segan ngeluarin hartanya buat beli buku. Setelah beli, mereka biasa bawa buku kemana-mana. Bukan cuman dibuat bajangan doang ya hahaha. Bahkan bawa buku kemana-mana termasuk kebiasaan para ulama. Sayangnya kalo di zaman kita orang yang bawa buku, -karena minoritas banget- seakan malah dianggap orang yang aneh, ya nggak? haha.

Di antara kisah yang saya kasih tanda, adalah kisahnya Imam Muhammad bin Ya’qub Fairuz Abadi. Beliau ngabisin uang buat beli buku sampe 50.000 mitsqal, setara dengan Rp 21 Milyar 250 juta (ini kalo 1 gram emas harganya 100ribu). Beliau selalu bawa buku ketika bepergian, dan ketika beliau singgah di suatu tempat, beliau mulai mengeluarkan buku-bukunya dan membacanya. (Hal-60)

Abul Alla’ Al-Hamadzani dalam mimpinya pernah bertaka, ‘ Aku telah memohon kepada Allah untuk menyibukkanku —di surga dengan buku— sebagaimana dahulu di dunia. (Hal-78)

3. Mengulang-ulang bacaan

Di antara penyakit sebagian pembaca adalah nggak mau mengulang buku yang pernah dibaca, dan terlalu fokus nambah ilmu baru. Itu nggak salah, tapi nggak sepenuhnya tepat juga. Kalo kita liat potret para ulama, ternyata mereka adalah sosok yang gemar mengulang-ulang ilmu, bahkan baca satu buku, bisa diulangi sampe puluhan bahkan ratusan kali.

Disebutin ada yang udah baca Shahih Al-Bukhari 40 kali, 100 kali, bahkan ada yang mengulang 150 kali seperti yang dilakukan oleh Sulaiman bin Ibharim bin Umar Nafisuddin Al-’Alawi Al-Yamani (w. 825).

Membaca satu buku sebanyak tiga kali lebih bermanfaat dari pada membaca tiga buku dengan sekali baca (hal. 124)

Buat saya pribadi, tujuan penulis udah sangat tercapai. Walhamdulillah atas izin Allah, semangat saya buat baca buku semakin meningkat lewat perantara buku tipis ini. Secara nggak langsung, kalo kita sering berinteraksi dengan ulama lewat kisah-kisah mereka, maka standart dalam menjalani kehidupan kita pun bakalan meningkat drastis.

Spesifikasi:

  • Buku ukuran A5
  • Penulis : Ali bin Muhammad Al-Imran
  • 164 Halaman
  • Hitam putih, tidak bergambar
  • Disertai catatan kaki penukilan setiap kisah

Leave a Reply