You are currently viewing Coba saling mengerti

Coba saling mengerti

Bismillah

Mayoritas manusia sukanya dimengerti bukan mencoba mengerti. Salah satu buktinya, ketika terjadi kecelakaan ringan di lampu merah perempatan, maka kita sering melihat akan terjadi percekcokan yang sebenernya sama sama maunya dimengerti. Dan nggak mau kalah.

Dipertemanan juga biasanya gitu. Mulai ada percikan api, yang sebab terjadinya enggak jauh jauh dari rasa enggak nyaman karena satunya cuman mau dimengerti, tapi enggak mencoba utnuk mengerti.
Ngajak temen deket pergi misalnya.

“Eh bro, besok temenin aku ke gramedia yaa, bisa kan? bisa lah…”. Temennya karena sama temen deket alias bestie-nya, akhirnya secara spontan mengiyakan. Padahal biasanya setelah bilang “iya”, baru inget ternyata ada beberapa tanggung jawab yang harus diselesaikan.


Tapi iyaudah, nasi udah menjadi bubur. Terlanjur. Niatnya bantuin, tapi seringnya terpaksa yang artinya dilakukan tanpa keikhlasan. Bantuannya nilainya jadi sia-sia, ditambah lagi jadwal harian keteteran.

Beberapa kali saya ngisi materi secara online, perkara YES MAN ini selalu ada di setiap waktu. Terlalu cepat untuk mengiyakan sesuatu. Apa-apa diiyain dan akhirnya rugi sendiri. Ada yang jadi YES MAN di sini? pasti ada lah ya hehehe…

Coba Saling Mengerti.


Cobalah untuk mencoba mengerti perasaan orang lain. Sebagaimana dalam sebuah hadits, seharusnya kita perlakukan orang lain sebagaimana kita mau diperlakukan. Kalau kita sendiri enggak suka diperlakukan kayak gitu, ya kitanya jangan gitu jugak.

Semisal kita enggak terlalu suka nganterin temen kita sampe kelewat jam, ya kitanya harus tau diri jugak. Di kasus tadi misalnya. Ketika kita minta tolong bestie kita buat nemenin nyari buku ke gramedia, maka seharunya kita coba tanyakan dulu.

“Eh tapi kamu lagi sibuk apa enggak besok? Kalau lagi sibuk, ada keperluan ya selesaiin aja keperluannya.”
“Eh besok kamu beneran bisa? kalau bisa, kira-kira ada waktu dari jam berapa sampek jam berapa? biar enggak kelamaan.”


Bayangin semisal coba saling mengerti kayak gini, kira kira persahabatannya makin lengket atau renggang?
Jawabannya pasti sama semua, pasti akan lebih lengket. Kuncinya, coba saling mengerti.

Kejadian sholat tarawih tadi, jadi ide saya nulis ini.



Ketika sang imam lupa waktu baca surah at-tahrim ayat 2-nya, maka bisa dibilang ada 5 bahkan mungkin 6 orang yang serentak membenarkan. Bahkan saya sempet denger di bagian agak jauh dari imam di sisi kanan saya.

Naluri manusiawi untuk nyautin bacaan imam yang salah, apalagi kitanya hafal. Berasa ada kepuasan tersendiri kalo bisa membenarkan bacaan imam.

Tapi saya sangat mengerti apa yang justru dirasakan oleh sang imam.

Kebetulan saya juga diamanahkan jadi imam, jadi saya tau betul apa yang dirasakan. Ketika sang imam bisa melanjutkan surah at tahrim tadi, beliau kembali lupa di ayat 5-nya. Kali ini barisan dibelakang imam tidak ada yang bisa membenarkannya.

Saya di shaf ke dua, tidak jauh dari imam. Tapi saya lebih memilih diam sejenak, karena saya tau sang imam butuh waktu dulu untuk berfikir. Tetapi seketika suara mungkin dari shaf tiga di bagian pojok kanan jamaah, terdengar suara lantang membenarkan bacaan imam.

Secara fikih, yang lebih pantas untuk membenarkan bacaan imam adalah yang tepat dibelakangnya, atau secara umum yang jaraknya lebih dekat.

Akhirnya saya tetap terdiam, karena bacaan sang imam sudah dibenarkan oleh jamaah lain yang lebih jauh.



Tapi di situ, saya sangat bisa merasakan perasaan imam. Bisa jadi beliau diam sejenak untuk berfikir, tetapi karena jamaah lain tidak mencoba mengerti, maka seketika pula langsung membenarkan. Meskipun secara adab baiknya tidak demikian.

Keputusan ingin melanjutkan atau mengganti surah, atau langsung takbir ganti rukun sholat, itu wewenang imam. Sebagai jamaah, adabnya adalah memberi sedikit waktu untuk imam berfikir. Jika dirasa memang benar-benar lupa, barulah kita sebagai jamaah memancing awalan ayatnya. Ya saya enggak bahas detail di sini

Intinya, lagi lagi kita kurang bisa mencoba untuk mengerti.

يُّؤْتِى الْحِكْمَةَ مَنْ يَّشَاۤءُ ۚ وَمَنْ يُّؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ اُوْتِيَ خَيْرًا كَثِيْرًا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ اِلَّآ اُولُوا الْاَلْبَابِ

Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat.

Semoga kita termasuk orang yang diberi hikmah, untuk bisa lebih bersikap dewasa juga bisa lebih mencoba mengerti. Aamiinn









This Post Has One Comment

  1. Siti musarovah

    MaasyaAllah
    Tulisannya selalu bisa di jadikan motivasi bagi diri ini..
    Barakallahu fikum.

Leave a Reply